Kekuatan Itu Ada Pada AL-Qur'an
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”
(Surah Al-Isra’ayat 85)
Terdapat lebih dari 19 ayat yang menyebut kata “roh” dalam Al-Qur’an. Maksud yang terkandung dari istilah ini tidak keluar dari arti Malaikat Jibril yang biasanya ditambah dengan istilah Ruhul Quds atau Ar-Ruhul Amin dan maksud yang kedua adalah Al-Qur’an. Dan hanya satu ayat yang bermaksud roh dalam arti yang sebenarnya, yaitu pada ayat ini. Meskipun demikian terdapat juga ulama tafsir seperti yang dinukil oleh Imam Al-Qurthubi yang memahami roh dalam erti perbandingan yaitu Al-Qur’an. Maka pengertian ayat ini menurut Al-Qurtubi secara perbandingan adalah:
“Dan mereka bertanya, “Darimanakah Al-Qur’an yang di tanganmu ini?”. “Katakanlah: Sesungguhnya ia diturunkan sebagai mukjizat atas perintah Allah swt.”
Perbandingan kedua makna ini sangat jelas. Roh merupakan alat kehidupan manusia secara fisik materil. Manakala Al-Qur’an adalah roh yang boleh memberi kekuatan dan kehidupan manusia secara kerohanian. Hal ini bertepatan dengan ungkapan Malik bin Dinar tentang roh Al-Qur’an:
“Wahai Ahlul Qur’an!, apa yang telah ditanam oleh Al-Qur’an ke dalam lubuk hatimu?. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah penyubur hati sebagaimana hujan yang menyuburkan bumi.”
Dalam konteks roh yang memiliki pengertian Al-Qur’an, terdapat empat ayat membahasnya, yaitu surah An-Nahl: 2, Ghafir: 15, Asy-Syura: 52 dan Surah Al-Isra’: 58 yang dipahami secara perbandingan. Tentunya, penamaan Al-Qur’an dengan roh bukan kebetulan dan tanpa hikmah yang perlu digali oleh hamba-Nya yang merindukan keberkahan dan kekuatan dari Al-Qur’an, seperti juga nama dan sifat lain yang dimiliki oleh Al-Qur’an yang mencerminkan fungsi dan perannya yang komprehensif dan universal. Betapa hanya Al-Qur’an yang boleh diandalkan menyelesaikan masalah kemanusiaan dalam segala bentuknya.
Sayyid Qutb menyatakan pandangannya tentang penamaan Al-Qur’an dengan ruh berdasarkan firman Allah: “(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arsy, Yang memberi ruh dengan (membawa) perintahNya kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).”
(Surah Ghafir ayat 15)
Bahwa ini merupakan kinayah tentang wahyu. Maksudi yang digunakan dalam ayat ini mengisyaratkan dua hal: Pertama, bahwa wahyu (Al-Qur’an) adalah roh dan kehidupan bagi manusia, tanpa roh ini manusia tidak akan boleh hidup dengan baik dan benar.
Kedua, bahwa wahyu itu turun dari tempat yang tinggi kepada siapa yang dipilih dari hamba-hamba-Nya. Maksud ini bertepatan dengan sifat Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Selanjutnya beliau juga menafsirkan roh dalam ayat-ayat ini sebagai sebuah kekuatan yang menggerakkan, mempertahankan kehidupan di dalam hati, bahkan di dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu roh (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Surah Asy-Syura ayat 52)
Kekuatan besar dari sentuhan Al-Qur’an ini dirasakan benar oleh para sahabat Rasulullah kerana memang mereka menerima Al-Qur’an ini dengan segenap hati, pikiran dan kemauan mereka. Seperti yang diriwayatkan oleh Ath-Thobroni dan Al-Baihaqi dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwa ia berkata:
“Ketika turun surah Az-Zalzalah, maka serentak Abu Bakar yang sedang duduk waktu itu menangis. Maka Rasulullah s.a.w. pun menghampirinya dan bertanya, “Apa yang membuat engkau menangis wahai Abu Bakar?”. Surah inilah yang membuat aku menangis”.
Maka Rasulullah menenangkan dengan sabdanya:
“Jika kalian tidak pernah melakukan dosa dan kesalahan, maka Allah akan menciptakan kaum lain yang mereka itu melakukan salah dan dosa kemudian mereka bertaubat dan Allah mengampuni mereka.”
Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Hanthob bahwa Rasulullah s.a.w. pernah membacakan surah ini dalam satu majlis di mana seorang Arab Badui ikut serta duduk bersama. Setelah mendengar ini, lelaki itu lantas keluar sambil menyesali dirinya “alangkah buruknya aku”. Maka Rasulullah mengatakan kepada para sahabatnya, “sungguh iman telah masuk ke dalam hati lelaki Badui tadi.”
Maka sangat tepat ungkapan Dr. Yusuf Al-Qaradlawi yang menegaskan bahawa:
“Al-Qur’an adalah “roh Rabbani” kekuatan Rabbani yang akan mampu menghidupkan dan menggerakkan akal fikiran dan hati. Sebagaimana Al-Qur’an juga undang-undang Allah yang mengatur kehidupan manusia sebagai individu dan bangsa secara kolektif.”
Syekh Muhammad Al-Ghazali menyebutkan:
“Al-Qur’an inilah kitab yang membentuk jiwa, membangun umat dan kebudayaan mereka. Inilah sesungguhnya kekuatan Al-Qur’an. Namun yang sangat disayangkan bahwa cahaya ini tidak nampak di depan umat Islam kerana mata-mata mereka sudah tertutup sehingga aib dalam konteks sekarang ini bukan aib Al-Qur’an, tetapi aib pandangan manusia yang lebih mengagungkan kekuatan lain selain Al-Qur’an.
Padahal Allah sudah berfirman maksudnya, “Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan, dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
(Surah Al-Ma’idah ayat 15-16)
Seluruh perintah dan petunjuk Al-Qur’an adalah dalam rangka memelihara kehidupan manusia, baik secara zahir dan batin. Tanpa panduan dan pedoman ini, kehidupan manusia semakin tidak menentu dan jelas arahnya.
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”
(Surah Al-Anfal ayat 24)
Kekuatan lain yang seharusnya kita sadari dari Al-Qur’an yang mulia ini bahwa Al-Qur’an merupakan sistem hidup yang mengarahkan orang-orang yang beriman untuk mewujudkan kehidupan dalam bingkai keimanan. Sebuah hakikat kehidupan yang meliputi segenap komponen yang ada pada diri manusia; menghidupkan fisik, perasaan, getaran jiwa, kemauan, pikiran dan kehendaknya.
“Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.”
(Surah Yaasin ayat 70)
Ibnu Qutaibah dalam kitab “Tafsir Gharibil Qur’an” memahami kalimat “Hayyan” di dalam ayat ini dengan pengertian seorang mukmin yang hidup karena memperoleh petunjuk Allah swt. demikian juga dengan firman Allah swt yang bermaksud :
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”
(Surah Al-An’am ayat 122).
Yang dimaksud dengan orang yang hidup dalam ayat ini adalah orang yang beriman dan orang yang mati adalah orang kafir. Makanya Allah membedakan keduanya dengan menggunakan istilah ini juga di dalam firman-Nya yang bermaksud : “Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.”
(Surah Fathir ayat 22)
Sesungguhnya, berbagai ujian yang mengejutkan bangsa ini semakin membuktikan hakikat yang tidak terbantahkan akan kelemahan manusia dan hajat mereka akan pertolongan Allah s.w.t. bahwa sesungguhnya sumber kekuatan satu-satunya adalah Allah yang menciptakan segalanya dan kita akan meraih kekuatan itu dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber kehidupan dan kekuatan kita.
Sekali lagi, Allah s.w.t. mengingatkan kita akan kekuatan Al-Qur’an.
“Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) roh (Al-Qur’an) dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.”
(Surah An-Nahl ayat 2)
Memang sudah saatnya bagi kita untuk menerima Al-Qur’an dengan segenap perasaan, pikiran dan kehendak kita dan tidak mengharap atau menggantungkan kekuatan lain di luar dari kekuatan firman-Nya yang bermaksud :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(Surah Al-Hadid ayat 16).
Selama kita masih mengharap datangnya kekuatan lain, maka selama itu pula kita tidak akan meraih kehidupan yang mulia di bawah bimbingan dan naungan Al-Qur’an.
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Al-Quran ialah Kitabullah yang terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. Al-Quran merupakan mukjizat daripada Allah SWT, al-Quran juga adalah senjata yang paling mujarab yang melimpah ruah, mata air yang tidak mungkin kering, di dalamnya penuh dengan nur hidayah rahmat dan zikir.
Al-Quran diturunkan untuk mengajar manusia tentang pengesaannya kepada Allah SWT (tauhid). Konsep ibadat yang jelas dan menyeluruh agar manusia sentiasa mendapat bekalan yang baru dan segar. Mengajak manusia berfikir tentang ciptaan, pengawasan dan penjagaan yang ditadbirkan oleh yang Maha Agong agar dapat mengenal sifat-sifatNya yang unggul.
Di dalam al-Quran dipaparkan juga contoh tauladan dan juga kisah-kisah yang benar berlaku sebelum turunnya al-Quran dan pada masa penurunan al-Quran. Dengan itu manusia mendapat pengajaran dan panduan dalam mengharungi kehidupan sebagai muslim yang sejati dan benar dalam semua bidang kehidupan.
Terdapat 15 kebaikan-kebaikan al-Quran di dalam hadis-hadis sahih :
Pertama : Al-Quran akan menjadi syafaat dihari akhirat.
Daripada Abu Umamah r.a berkata : Aku mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda:
“Bacalah al-Quran sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat sebagai syafaat kepada pembacanya”. (Hadis Riwayat Muslim)
Kedua : Al-Quran sebagai pembela (mempertahankan) orang yang membacanya dihari akhirat.
Daripada Nawwas Bin Sam’an r.a. telah berkata : Aku mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda : “Di hari akhirat kelak akan didatangkan al-Quran dan orang yang membaca dan mengamalkan isi kandungannya, didahului dengan Surah Al Baqarah dan Surah Ali-Imraan, kedua-dua surah ini menghujah ( mempertahankan ) orang yang membaca dan mengamalkannya”. (Hadis Riwayat Muslim)
Ketiga : Sebaik-baik amalan adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Quran.
Daripada Osman Bin ‘Affan r.a. telah berkata: Rasulullah S.A.W. bersabda : “Sebaik manusia di antara kamu orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarnya kepada orang lain”.
(Hadis Riwayat Bukhari)
Keempat : Membaca al-Quran dan susah menyebutnya mendapat dua pahala.
Daripada Aisyah r.a. telah berkata: Bersabda Rasulullah S.A.W. : “Orang yang membaca al-Quran dan susah untuk menyebut ayatnya ia mendapat dua pahala”.
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Kelima : Mukmin yang membaca al-Quran umpama buah yang harum dan sedap rasanya.
Daripada Abu Musa Al Asy’ari r.a. telah berkata : Rasulullah S.A.W. bersabda : “Umpama orang mukmin yang membaca al-Quran seperti buah Utrujjah ( seperti limau besar ) baunya wangi dan rasanya sedap. Umpama orang mukmin yang tidak membaca al-Quran seperti buah tamar tidak ada bau dan rasanya manis, dan umpama orang munafik yang membaca al- Quran seperti Raihanah (sejenis pokok) baunya wangi dan rasanya pahit dan umpama orang munafik yang tidak membaca al-Quran seperti buah labu yang tiada bau dan rasanya pahit”.
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Keenam : Allah SWT mengangkat martabat golongan yang membaca al-Quran.
Daripada Omar Bin Al Khattab r.a. Bahawa Nabi Muhammad S.A.W. bersabda: “Sesungguhnya Allah mengangkat martabat beberapa golongan dan merendahkan martabat yang lain dengan sebab al-Quran”.(Hadis Riwayat Muslim)
Ketujuh : Kefahaman yang sahih tentang al-Quran akan menjadi contoh ikutan.
Daripada Ibnu Omar r.a. daripada Nabi Muhammad S.A.W. telah bersabda:
“Tidak boleh berhasad dengki kecuali di dalam dua perkara : Lelaki yang dianugerahkan kefahaman yang sahih tentang al-Quran, ia menunaikan ibadat siang dan malam , lelaki yang dianugerahkan kemewahan harta lalu dinafkahkannya siang dan malam”.
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Kelapan : Membaca al-Quran akan mendapat ketenangan (sakinah)
Daripada Barra’ dan daripada ‘Azib r.a. telah berkata : “Seorang lelaki membaca Surah Al Kahfi dan di sisinya seekor kuda yang diikat dengan dua tali, maka awan di langit mula melindunginya dan semakin hampir, dan kudanya mula menjauhinya. Apabila menjelang pagi beliau pergi berjumpa Nabi Muhammad S.A.W. dan menceritakan peristiwa tersebut maka baginda bersabda : Itulah ( sakinah ) ketenangan yang turun disebabkan bacaan al-Quran”.
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Kesembilan : Sesiapa yang tidak mengingati ayat-ayat al-Quran umpama rumah yang roboh.
Daripada Ibnu ‘Abbas r.a. beliau berkata : Rasulullah S.A.W. bersabda : “Sesungguhnya orang yang tidak ada di dalam ingatannya sesuatu pun daripada ayat al-Quran seperti rumah yang roboh”. (Hadis Riwayat Tarmizi dan beliau berkata: Hadis ini hasan sahih)
Kesepuluh : Membaca dan memperelokkan bacaan al-Quran akan mendapat kebaikannya.
Daripada Abdullah Bin ‘Umru Bin Al ‘As r.a. Nabi Muhammad S.A.W. bersabda :
“Satu masa nanti akan dikatakan kepada orang yang membaca al-Quran: Bacalah, perbaikkilah dan perelokkanlah bacaan al-Quran sepertimana engkau memperelokkan urusan di dunia, sesungguhnya tempat engkau akan ditentukan di akhir ayat yang engkau bacakan”. ( Hadis Riwayat Abu Daud dan Tarmizi dan beliau berkata : Hadis ini hasan sahih )
Kesebelas : Membaca beberapa ayat al-Quran lebih baik daripada mendapat unta yang gemuk.
Daripada ‘Uqbah Bin ‘Amir r.a. menceritakan : Rasulullah S.A.W keluar dan kami berada di tempat duduk masjid yang beratap. Maka beliau bersabda: “Siapakah di antara kamu yang suka keluar di pagi hari pada setiap hari menuju ke Buthan atau ‘Atiq, dan dia mengambil darinya dua ekor unta yang gemuk dalam keadaan dia tidak melakukan dosa dan tidak putus hubungan silaturrahim”. Kami menjawab : “Kami suka demikian itu. Sabda Rasulullah S.A.W : “Kenapakah kamu tidak pergi ke masjid belajar atau membaca dua ayat Al Quran lebih baik dari dua ekor unta, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor, empat ayat lebih baik dari empat ekor unta demikianlah seterusnya mengikut bilangan ayatnya”. (Hadis Riwayat Muslim)
Kedua belas : Sesiapa yang lebih fasih memebaca al-Quran lebih layak menjadi imam solat berjemaah.
Daripada Ibnu Mas’ud r.a bahawa Nabi Muhammad S.A.W bersabda : Orang yang paling layak mengimami kaum di dalam sembahyang ialah mereka yang terfasih membaca al-Quran”. (Hadis Riwayat Muslim )
Ketiga belas : Nabi SAW mengutamakan sahabat yang paling kuat berpegang teguh kepada al-Quran untuk dikebumikan jenazah mereka.
Daripada Jabir Bin Abdullah r.a. bahawa Nabi Muhammad S.A.W. menghimpun antara dua lelaki yang terbunuh di peperangan Uhud kemudian baginda bersabda : “Yang mana satukah antara keduanya yang paling kuat berpegang teguh dengan al-Quran maka apabila aku tunjukkan kepada salah seorang daripada keduanya maka dialah orang yang pertama masuk ke liang lahad”. (Hadis Riwayat Bukhari, Tarmizi, Nasa’ie dan Ibnu Majah)
Keempat belas : Kelebihan berdoa selepas membaca al-Quran.
Daripada ‘Imran Bin Husain Bahawa beliau lalu di hadapan qari yang sedang membaca al-Quran kemudian dia berdoa kepada Allah kemudian ia kembali membaca kemudian ia berkata aku mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda : “Barangsiapa yang membaca al-Quran maka berdoalah kepada Allah dengan al-Quran maka sesungguhnya akan datang beberapa kaum yang membaca al-Quran dan mereka berdoa dengannya”.
(Hadis Riwayat Tarmizi, beliau berkata : Hadis ini hasan)
Kelima belas : Setiap satu huruf membaca al-Quran akan mendapat sepuluh ganjaran pahala.
Daripada Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata : “Barangsiapa yang membaca satu huruf daripada al- Quran maka baginya satu kebaikan, satu kebaikan menyamai dengan sepuluh pahala, aku tidak bermaksud : Alif , Lam , Mim ialah satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf”.(Hadis Riwayat Ad Darimi Tarmizi, beliau berkata hadis ini hasan sahih)
Sahabat yang dimuliakan,
Marilah kita menjadikan al-Quran sebagai peduman hidup kita , apabila kita sentiasa menjadikannya sebagai panduan dan peraturan hidup kita tidak akan sesat dan sentiasa mendapat pimpinan daripada Allah S.W.T. Al-Quran juga merupakan senjata yang paling berkesan untuk membersihkan jiwa dan menyinarkannya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah S.A.W.bersabda : Daripada Ibnu Umar r.a berkata:
“Rasulullah S.A.W. telah bersabda maksudnya : "Hati manusia akan berkarat seperti besi yang dikaratkan oleh air". Apakah cara untuk menjadikan hati bersinar semula. Kata baginda lagi, " Dengan banyak mengingati mati dan membaca al-Quran.”
Sahabat yang dirahmati Allah,
Al-Quran ialah Kitabullah yang terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. Al-Quran merupakan senjata yang paling mujarab yang melimpah ruah, mata air yang tidak mungkin kering, di dalamnya penuh dengan nur hidayah rahmat dan zikir.
Al-Quran diturunkan untuk mengajar manusia tentang pengesaannya kepada Allah (tauhid). Konsep ibadat yang jelas dan menyeluruh agar manusia sentiasa mendapat bekalan yang baru dan segar. Mengajak manusia berfikir tentang ciptaan, pengawasan dan penjagaan yang ditadbirkan oleh yang Maha Agong agar dapat mengenal sifat-sifatNya yang Unggul.
Di dalam Al-Quran dipaparkan juga contoh tauladan dan juga kisah-kisah yang benar berlaku sebelum turunnya Al-Quran dan pada masa penurunan Al-Quran. Dengan itu manusia mendapat pengajaran dan panduan dalam mengharungi kehidupan sebagai muslim yang sejati dan benar dalam semua bidang kehidupan.
Al-Quran menjelaskan juga persoalan tentang akhir kehidupan manusia, situasi terakhir yang akan dirasai oleh manusia sebelum bumi ini dihancurkan oleh Allah untuk bermulanya hari qiamat dan nasib tiap-tiap insan sama ada ke syurga atau ke neraka.
Sebelum Al-Quran diturunkan ada banyak kitab suci dan suhuf yang diturunkan oleh Allah S.W.T kepada nabi-nabi dan rasul-rasulNya. Antara yang termasyhur ialah kitab Zabur yang diturunkan kepada nabi Daud a.s, kitab Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa a.s, dan kitab Injil yang diturunkan kepada nabi Isa a.s tetapi tidak syak lagi bahawa Al-Quran adalah kitab yang paling utama dan termulia di sisi Allah S.W.T.
Sahabat yang dimuliakan,
Dalam sebuah hadis, Rasulullah S.A.W. telah bersabda yang berbunyi:
Dari Aisyah r.a telah bersabda Rasulullah S.A.W.:
"Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu itu mempunyai kemegahan yang mana manusia berbangga dengannya dan menjadi kemegahan kebanggaan umatku ialah Al-Quran yang mulia."
Al-Quran terpelihara dan susunannya tidak berubah-ubah dan tidak boleh dipinda atau dihapuskan. Walaupun banyak usaha dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk mengubah dan meminda isi kandungan Al-Quran atau memutar belit ayat-ayat dan surah-surah, setiap kali usaha itu dibuat ia tetap dapat diketahui termasuk juga usaha golongan-golongan kuffar.
Al-Quran adalah satu perlembagaan yang lengkap bagi semua aspek kehidupan, mengandungi semua yang dihajati oleh manusia walaupun sebahagian daripada huraiannya tidak terperinci. Tujuannya Allah menyuruh manusia menggunakan fikiran yang sihat dan sempurna untuk mencari dan mengkaji berpandukan saranan yang diberi oleh Allah S.W.T.
Dalam Al-Quran Allah S.W.T berfirman maksudnya :
"Sesungguhnya telah datang kepada kau cahaya kebenaran (Nabi Muhammad S.A.W) dari Allah dan sebuah Kitab (Al-Quran) yang jelas nyata kebenarannya dengan itu Allah menunjukkan jalan keselamatan serta kesejahteraan kepada sesiapa yang mengikut keredhaanNya dan denganya Tuhan keluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman) yang terang benderang dengan izinNya dan dengannya juga Tuhan menunjukkan mereka ke jalan yang betul dan harus.
(Surah Al-Maidah ayat 14-15)
Firman Allah S.W.T lagi maksudnya :
"Kitab Al-Quran ini tidak ada sebarang syak padanya dan ianya menjadi petunjuk bagi orang yang bertakwa."
(Surah Al-Baqarah ayat 2)
Sebuah hadis dari Rasulullah S.A.W. berbunyi:
Abu Zar r.a berkata bahawa beliau meminta Rasulullah S.A.W. memberi satu pesanan yang berpanjangan. Rasulullah S.A.W. bersabda maksudnya :
“Semaikanlah perasaan takwa kepada Allah kerana ia adalah sumber bagi segala amalan-amalan baik. Aku meminta supaya baginda menambah lagi. Tetapkanlah membaca Al-Quran kerana ia adalah nur untuk kehdupan ini dan bekalan untuk hari akhirat.”
Kita dikehendaki membaca, mendalami dan menghayati isi kandungan Al-Quran kerana ia diturunkan bukan untuk dijadikan perhiasan sahaja, dengan itu kita mendapat faedah yang besar bukan sahaja pahala da keredhaan Allah tetapi juga kegunaan lain dalam kehidupan sehari-hari.
Membaca Al-Quran dikira sebagai berzikir dan zikir membaca Al-Quran lebih afdal dan utama daripada zikir-zikir yang lain. Oleh itu membaca Al-Quran adalah sebagai ibadat tetapi tidaklah melebihi daripada ibadat-ibadat yang wajib.
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda maksudnya :
"Semulia-mulia ibadat umatku ialah membaca Al-Quranul Karim ( ibadat yang bukan wajib)."
Membaca Al-Quran disifatkan sebagai santapan rohani kepada tiap-tiap orang Islam.
Rasulullah S.A.W. bersabda dalam sebuah hadis maksudnya :
"Sesungguhnya Al-Quran ini ialah hidangan Allah S.W.T maka hendaklah kamu terima hidangan Allah sebanyak mana yang kamu boleh."
Sahabat yang dikasihi,
Marilah kita menjadikan al-Quran sebagai peduman hidup kita , apabila kita sentiasa menjadikannya sebagai panduan dan peraturan hidup kita tidak akan sesat dan sentiasa mendapat pimpinan daripada Allah S.W.T. Al-Quran juga merupakan senjata yang paling berkesan untuk membersihkan jiwa dan menyinarkannya.
Dalam sebuah hadis Rasulullah S.A.W.bersabda :
Daripada Ibnu Umar r.a berkata:
“Rasulullah S.A.W. telah bersabda maksudnya : "Hati manusia akan berkarat seperti besi yang dikaratkan oleh air".
Apakah cara untuk menjadikan hati bersinar semula. Kata baginda lagi, " Dengan banyak mengingati mati dan membaca Al-Quran.”
No comments:
Post a Comment