Tuesday, March 11, 2014

MENIPU

Menipu Adalah Dosa di Sisi Allah

Dalam Al-Qur'an sedikitnya ada 5 istilah perbuatan dosa yang mengakibatkan turunnya siksaan Allah. Istilah-istilah itu adalah:

1. al-Khati’ah (penyelewengan) yaitu melakukan perbuatan dosa yang dilakukan secara sengaja.
2. Al-Dzanb (perbuatan salah) seperti dosa perbuatan maksiat kepada Allah Swt.
3. Al-Sayyi’ah (perbuatan jelek) seperti tidak jujur terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, sombong, bakhil, dan seterusnya.


4. Al-itsm (perbuatan dosa) yaitu perbuatan yang tidak dihalalkan (haram), seperti menipu.
5. Al-Fusq (kelur dari jalan yang benar) yaitu berbuat maksiat yang melanggar perintah Allah.

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud :
“Apabila seorang mukmin melakukan dosa, hatinya akan ternoda oleh titik hitam. Apabila ia mau bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan dosa lagi dan beristighfar, hatinya akan menjadi bersih kembali. Apabila berbuat tambah dosa, titik hitamnya juga tambah. Titik hitam itulah yang dimaksud dalam firman Allah: sekali-sekali tidak (demikian) sebenarnya yang mereka lakukan membuat noda hitam dalam hatinya
(HR. Ibn Majjah dan Imam Ahmad).

Dosa, dengan demikian, adalah sesuatu yang menyeleweng dari kebaikan seperti tidak jujur, menipu, mendengki, rasuah dan maksiat kepada Alla.w.t. Lalu, bagaimana mengetahui bahwa sesuatu telah menyeleweng dari kebaikan? Ada dua cara untuk mengetahuinya: dari nash (al-Quran dan al-Hadis) dan dari kriteria. Dari nash, tentu kita harus merujuk kepada keduanya untuk menghukum suatu perbuatan. 

Tetapi, untuk menentukan perbuatan itu salah atau tidak selain dari nash adalah seperti hadis di bawah :
"Perbuatan baik adalah suatu perbuatan yang membuat jiwa tenteram dan membuat hati tenang. Perbuatan dosa adalah perbuatan yang menjadikan jiwa guncang dan hati bimbang, sekali pun kamu mendapatkan fatwa dari ahli fatwa (mufti)"
(HR. Imam Ahmad).

"Yang dinamakan dosa ialah sesuatu (perbuatan) yang menggelisahkan jiwa dan kamu tidak mau menampakkannya kepada orang lain."
(HR. Imam Ahmad) 

Sebagaimana dijelaskan dalam kitab tahrir al-wasilah, yang berkenaan dengan tolak ukur dosa-dosa besar, dalam hal ini ulama' menyebutkan bahwa:
1. Dosa-dosa besar adalah yang tertulis dalam Al-Qur'an dan diriwayatkan untuk memberikan ancaman (atas pelakunya dengan) siksaan api Neraka..

2. Dosa-dosa yang dilarang oleh syariah atau hukum-hukum agama.

3. Adanya dalil-dalil yang menunjukan bahwa dosa tersebut lebih besar dari dosa-dosa lainya, seperti syirik, munafik, kufur, dan lain-lain sebagainya.

4. Akal yang menghukumi bahwa dosa tersebut adalah dosa besar.

5. Dalam pandangan kaum muslimin, berdasarkan hukum Allah, Al-Quran dan hadis, telah ditetapkan bahwa dosa tersebut termasuk di antara dosa-dosa besar.

6. Terdapat penjelasan dari Rasulullah s.a.w. dan para ulama' bahwa perbuatan tersebut termasuk di antara dosa-dosa besar yang harus dihindari.

Diantara dosa besar yang tercatat di dalam al-Quran adalah PEMIMPIN YANG MENIPU RAKYAT.

Pemimpin adalah mereka yang diberi amanah oleh rakyat untuk menjalankan pemerintahan dengan benar dan sesuai dengan hukum-hukum Allah maupun janji-janji politik seperti yang terdapat dalam "Manefesto yang diberikan kepada rakyat semasa kempen pilihanraya"

Amanah yang diberikan kepada mereka harus dikembalikan kepada rakyat berupa pembangunan, kesejahteraan, penghapusan kemiskinan, mengatasi buta huruf, keamanan negara, dan seterusnya, oleh kerana itu ini disebut sebagai hak-hak rakyat. Hak-hak rakyat ini harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang telah dipilih oleh rakyat.

Jika hak-hak rakyat tesebut tidak terpenuhi, maka sudah tentu pemimpin terebut sedang dan telah menipu rakyat. Dengan kos pembangunan hingga jutaan ringgit, dengan membaiki infrastruktur negara dan peruntukan untuk keselamatan dan meningkatkan taraf ekonomi rakyat maka pemimpin yang telah diberi amanah perlulah melaksanakan dengan jujur. Jauhkan daripada rasuah, membantu kroni dan kaum keluarga. Sekiranya peruntukan telah dikeluarkan tetapi  rakyat masih miskin, masih buta huruf, banyak pengangguran, jalan-jalan rusak dibiarkan, sistem pengangkutan awan tak sempurna, keamanan tidak wujud kerana kadar jenayah masih tinggi, sistem perparitan tak sempurna hingga membawa kepada banjir kilat dan sebagainya. Pembangunan demi untuk kemaslahatan rakyat perlulah diutamakan lebih daripada asyik berpolitik dan pergeseran sesama ahli-ahli politik lain. Jika pembangunan yang diperlukan ini tidak dilaksanakan dengan sempurna maka keadaan ini kita sebut sebagai merampas hak-hak rakyat.

Pemimpin manapun yang melakukan penyelewengan hak-hak rakyat tersebut, maka dia sedang dan telah melakukan PENIPUAN TERHADAP RAKYAT. Menipu rakyat adalah dosa besar yang tidak akan diampuni. Menipu rakyat sama dengan menipu ibu, bapak, nenek, datok, mertua, anak, rakan-rakan dan seluruh rakyat yang mempercayakan amanah mereka kepadanya. Menipu rakyat jelas tidak terampun dosanya kecuali rakyat memaafkan. Lalu, rakyat mana yang mau memaafkan pemimpin seperti ini, maka mereka akan bertanggungjawab dihadapan Allah di hari akhirat nanti. 

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
"Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat aniaya kepada manusia dan melampui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat siksa yang pedih."
(Qs Assyura:42)

"Dan janganlah kamu sekali-kali kamu (Muhammad ) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang menganiaya. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka ) terbelalak."
(Qs. Ibrahim:42)

Sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud :
Manusia yang paling berat sisksanya dihari kiamat nanti adalah (siksaan) bagi pemimpin atau penguasa yang aniaya (tidak adil). 
(HR. Tabrani dan Abdullah ibn Mas’ud )

"Siapa saja pemimpin yang mencurangi rakyatnya, maka ia akan masuk Neraka"
(HR. Tabrani)

"Celakalah para penguasa, celakalah para pemimpin, dan celakalah orang-orang pembawa amanat. Sungguh banyak orang-orang yang berangan-angan kecurangan-kecurangan mereka tergantung di atas bintang tsurayya. Mereka akan disiksa karena mereka dahulu tidak mau melakukan sesuatu yang diamanatkan kepada mereka"
(HR. Ahmad)

Menipu Dengan Mengambil Hak Orang Lain Haram Di Sisi Islam

Sahabat yang dirahmati Allah,
Di dalam ajaran Islam , Islam cukup mengambil berat hak-hak orang lain supaya tidak ada sesiapa dikalangan umat Islam cuba mengambil hak-hak orang lain, walaupun hak tersebut dimiliki oleh orang bukan Islam. Allah SWT memberi ancaman kepada semua penipu, perampas dan "mencuri" hak orang lain tanpa hak dengan ancaman neraka dan seksaan yang berat di hari akhirat.

Perkara-perkara yang dilarang untuk diambil hak orang lain adalah seperti berikut :

Pertama : Tanah. (Pencabulan hak harta tidak wajar dibiarkan walaupun sedikit) :

Jika seseorang telah mengusahakan tanah terbiar berpuluh tahun dan memohon geran daripada kerajaan untuk mendapat geran kekal atau TOL tiba-tiba tanah tersebut diberikan kepada ahli keluarga atau kroni oleh Pegawai Daerah atau pihak berkuasa negeri maka perbuatan tersebut dikira sebagai merampas hak individu tersebut dan akan mendapat dosa besar kerana merampas hak orang lain. Di berikan geran hak milik kepada bukan pengusaha asal tanah tersebut.

Islam amat mementingkan amalan yang ikhlas, jujur, tidak menipu, tidak rasuah dan tidak mengambil hak orang lain. Walaupun darisegi zahirnya tanah tersebut telah ditukar kepada nama seseorang (jika dibawa ke mahkamah akan kalah dalam perbicaraan) tetapi di sisi Allah SWT pegawai terbabit atau pihak berkuasa negeri akan bertanggungjawab kerana menafikan hak sebenar kepada pemilik tanah tersebut.

Dari Said bin Zaid r.a. katanya : "Rasulullah SAW. bersabda :"Sesiapa yang mengambil tanah orang lain sejengkal dengan cara yang zalim(tidak sah), maka akan dikalungkan oleh Allah di hari kiamat dengan tujuh lapisbumi." (Hadis sahih riwayat Muslim)
Oleh yang demikian, apabila sudah terbukti jelas dan nyata, seseorang melakukan kezaliman, maka menjadi kewajipan umat Islam untuk membela dan memperjuangkan hak. Keutamaan mestilah diberikan dalam usaha menentang kezaliman dan membela hak.

Kedua : Perbicaraan tidak adil di mahkamah hakim berpihak kepada pihak berkepentingan sahaja.

Jika seseorang menang dalam perbicaraan kerana hakim bersikap berat sebelah dengan memutuskan sesuatu keputusan bukan berdasarkan fakta dan bahan bukti tetapi lebih kepada andaian-andaian dan alasan yang tidak munasabah, maka keputusan tersebut mengundang kemurkaan Allah SWT.

Hakim perlu bersikap adil dan tidak perlu memandang kepada siapa hukuman patut dijatuhkan, tidak kira samaada dia seorang pemimpin masyarakat atau pun rakyat biasa.

Firman Allah SWT maksudnya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran kerana Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, kerana adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Maaidah ayat 8)
Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk selalu menegakkan kebenaran dan berlaku adil.
Menjadi seorang hakim wajib berlaku adil dan tidak boleh langsung berat sebelah atau bias untuk memutuskan seseorang bersalah atau tidak. Kerana semua bukti-bukti perlu di ambil kira samaada daripada pihak pendakwa atau pembela , kerana kegagalan seorang hakim berlaku adil sebenarnya dia menyedikan tempat duduknya di dalam neraka Jahanam.
Sabda Nabi SAW maksudnya : "Hakim terdiri dari tiga golongan. Dua golongan hakim masuk neraka dan segolongan hakim lagi masuk syurga. Yang masuk syurga ialah yang mengetahui kebenaran hukum dan mengadili dengan hukum tersebut. Bila seorang hakim mengetahui yang hak tapi tidak mengadili dengan hukum tersebut, bahkan bertindak zalim dalam memutuskan perkara, maka dia masuk neraka. Yang segolongan lagi hakim yang bodoh, yang tidak mengetahui yang hak dan memutuskan perkara berdasarkan kebodohannya, maka dia juga masuk neraka. (Hadis Riwayat Abu Dawud dan Ath-Thahawi)

Sabda Nabi SAW maksudnya : " Lidah seorang hakim berada di antara dua bara api sehingga dia menuju syurga atau neraka. (Hadis Riwayat  Abu Na’im dan Ad-Dailami)

Firman Allah SWT maksudnya : "Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang berlaku zalim*,maka (kalau kamu berlaku demikian), api neraka akan membakar kamu, sedang kamu tidak ada sebarang penolong pun yang lain dari Allah. Kemudian (dengan sebab kecenderungan kamu itu), kamu tidak mendapat pertolongan" (Surah Huud (11) ayat 113)

*Tafsir Pimpinan al-Rahman: Iaitu janganlah kamu wahai orang Islam bersahabat, atau bekerjasama, atau bersubahat atau pun menyetujui perbuatan orang yang melakukan kezaliman dalam segala bentuknya; lebih-lebih lagi orang yang menjadi musuh Islam dan umat Islam.

Ketiga : Berlaku penipuan semasa daftar pemilih, penipuan semasa pengundian dan juga semasa ketika kiraan undi di dalam pilihanraya. (memberi kad pengenalan biru kepada warga negara asing  tanpa melalui prosedur yang betul adalah satu jenayah kepada negara)

Semua parti politik dan rakyat jelata berhak untuk bertanding atau menjadi calun di dalam pilihanraya. Menang atau kalah perkara kedua yang penting perjalanan pilihanraya mesti telus , jujur dan amanah. Pilihanraya mestilah bersih tidak boleh ada pendaftar pemilih yang meragukan, dan tidak boleh ada pengundi luar atau warga asing yang diberikan kad pengenalan sebagai warganegara.untuk mengundi di dalam pilhanraya. Tidak boleh ada sabotaj dan provokasi kepada semua calun yang bertanding.

Dalam Islam jika seseorang atau organisasi yang diberi amanah untuk menjalankan tugas menyelia pilihanraya WAJIB  berlaku jujur dan amanah dan tidak boleh merampas hak orang lain dengan cara penipuan. Jika badan ini gagal melaksanakan amanah ini sebenarnya dia menempah untuk menjadi muflis di hari akhirat.


Nabi SAW. bersabda yang bermaksud : “Sebenarnya Orang Muflis dari kalangan umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat membawa sembahyang, puasa dan zakat , sedang datangnya itu dengan kesalahan memaki hamun orang ini, dan menuduh orang itu , memakan harta orang orang ini ,menumpah darah orang itu dan juga memukul orang . Maka akan di ambil dari amal kebajikannya serta di beri kepada orang ini dan orang itu , kemudian kiranya habis amal kebajikannya sebelum habis di bayar kesalahan-kesalahan yang di tanggungnya , akan di ambil pula dari kesalahan-kesalahan orang yang di aniayakannya serta di timpakan keatasnya , kemudian ia di humbankan kedalam neraka.”
(Hadis Riwayat Muslim dan Tirmizi)

Jika penipuan berlaku, calun yang kalah diistiharkan menang sebenarnya dia telah merampas jawatan orang lain secara haram , mendapat elaun dan peruntukan yang  haram . Jika pilihanraya berikutnya dijalankan selepas lima tahun maka selama itulah sumbernya dan rezekinya daripada sumber yang haram dan tidak akan mendapat keberkatan daripada Allah SWT. Mereka yang terlibat untuk mendapat dosa dan makan daripada sumber yang haram adalah golongan yang terlibat secara langsung termasuk calun yang bertanding, ketua mereka dan agensi yang merancang penipuan tersebut. Penyokong juga akan mendapat sahamnya kerana bersubahat dalam penipuan tersebut.

Ramai manusia berfikiran singkat dan sanggup menjual akhiratnya dengan harga dunia yang sedikit. Bukankah hidup di dunia ini hanya sementara kenapakah manusia sanggup mendapat kutukan daripada Allah SWT disebabkan jenayah pilihanraya yang dilakukannya.? Adakah habuan yang diperolehi dapat menepis bala yang akan datang?

Sahabat yang dimuliakan,
Sebarang usaha yang boleh mendatangkan dosa besar hendaklah  dihentikan. Alasan dan dakwaan yang tidak berasas dan memberi peluang kepada penzalim untuk terus untuk berkuasa dan menindas adalah tertolak.

Sesiapa yang mengambil hak orang lain di akhirat nanti pahala solat, puasa dan zakatnya akan digunakan untuk membayar hak atau milik orang lain yang dirampas secara penipuan. Jika pahalanya tidak cukup dosa orang yang dizalimai akan diberikan kepada yang membuat fitnah dan orang yang melakuakn penipuan.

Jika kalian telah melakukan penyelewengan seperti perkara di atas perlulah bertaubat dan kembalikan hak-hak yang  telah ambil secara haram (tipu)

Rasulullah SAW bersabda maksudnya : "Tiada seorang ( pemimpin )yang diamanahkan oleh Allah memimpin rakyatnya, kemudian ketika ia mati diadapati telah menipu rakyatnya (berlaku tidaka adil ), maka Allah pasti akan mengharamkan baginya syurganya.
( Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim )

Rasulullah SAW  bersabda lagi dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim maksudnya: "Siapa yang ditugaskan oleh Allah dalam mengatur umat, lalu ia tidak menyelesaikan hajat atau menolak aduan ( tidak membantu ) orang yang di bawah pimpinannya, maka di akhirat kelak Allah akan menolak hajatnya."


No comments:

Powered By Blogger | Template Created By Lord HTML