Saturday, May 10, 2014

SEX DAN PERKAHWINAN DALAM ISLAM



Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam, keluarga, para shahabat dan pengikut setia mereka sampai hari kiamat; Amma ba’du,

A. PANDANGAN ISLAM TENTANG SEKSUAL 

Seks naluri manusia.
Manusia diciptakan Allah Ta’ala sebagai makhluk yang sempurna, dianugerahkan kepadanya instink untuk mempertahankan keturunan sebagai konsekwensi kesempurnaannya itu. Ini berarti manusia harus memperkembangkan keturunan dengan alat yang telah diberikan Allah Ta’ala kepadanya. Diantara perlengkapan itu ialah alat kelamin dan nafsu sahwat untuk saling bercinta. Dari percintaan inilah akan timbul nafsu seks sebagai naluri manusia sejak lahir.

Allah Ta’ala berfirman: ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan (syahwat) kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita…”(QS. Ali Imran: 14)

Ayat tersebut jelas menunjukkan bahwa manusia (laki-laki) sejak lahir telah dibekali cinta sahwat (nafsu seks) tehadap wanita. Demikian pula wanita sebagai lawan jenis laki-laki tak ubahnya seperti laki-laki juga. Dia dibekali oleh Allah Ta’ala nafsu seks untuk melayani kehendak lawan jenisnya itu. Nafsu seks pada wanita ini digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an, dalam kisah wanita (isteri petinggi Mesir) yang jatuh cinta kepada Nabi Yusuf –Alaihis Salam, (QS. Yusuf : 23).

Maka sekarang menjadi jelas bahwa seks adalah kebutuhan biologis manusia yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Dan kebutuhan seksuil manusia harus mendapatkan penyaluran dengan disertai penerangan yang lengkap tentang seks terutama dari segi agama dan moral.

Apakah pendidikan seks itu?
Pendidikan seks adalah pendidikan yang mempunyai obyek khusus dalam bidang perkelaminan secara menyeluruh. Adapula yang mengartikan bahwa pendidikan seks adalah penerangan yang bertujuan untuk membimbing serta mengasuh setiap laki-laki dan perempuan sejak dari kanak-kanak sampai dewasa didalam perihal pergaulan antar kelamin pada umumnya dan kehidupan seksuil pada khususnya.
Tujuan pendidikan seks dalam Islam adalah untuk mencapai hidup bahagia dalam membentuk rumah tangga yang akan memberikan ketenangan, kecintaan, kasih sayang serta keturunan berkualitas yang taat kepada Allah Ta’ala dan selalu mendoakan kedua orangtuanya serta berguna bagi masyarakat, (QS. Ar-Ruum: 21).

Perlukah pendidikan seks?
Pada mulanya orang menganggap bahwa pendidikan seks itu amatlah kotor yang tak patut diajarkan. Golongan yang berpendapat demikian ini karena mereka anggap bahwa seks adalah masalah tabu yang tak perlu dikenal apalagi sampai diajarkan. Namun demikian banyak juga kalangan cendekiawan yang mendukung agar pendidikan seks disebarluaskan. Dalam survey yang diadakan terhadap anak-anak gadis yang hamil diluar pernikahan ditemukan bahwa pada umumnya mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan seks disekolah maupun dirumah. Sekarang masalahnya bagaimana cara memberikan pendidikan seks itu?. Mengingat karena masalah seks ini bagi kita masih begitu rumit, sensitive dan komplek hendaknya dalam menerapkan pendidikan seks perlu dijunjung norma-norma agama dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan dasar-dasar dan tuntunan-tuntunan pendidikan seks antara lain:
Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya (pakaian luarnya). Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya . . . . .” (QS. An-Nuur: 31-32)

Allah Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)

Allah Ta’ala berfirman:
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 223). Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lainnya.

Hadis-hadis Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam yang memberikan dasar-dasar dan tuntunan-tuntunan pendidikan seks antara lain:

Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Sungguh ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabrani dengan sanad sahih).

Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki berkhalwat (berduaan) dengan wanita (bukan mahram) melainkan pihak ketiganya adalah setan.” (HR. At-Tirmidzi dengan sanad sahih).

Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Perempuan manapun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya maka ia seorang pelacur.” (HR. Imam Ahmad dengan sanad sahih).

Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Adapun zina mata adalah memandang (kepada apa yang diharamkan Allah)” (HR. Imam Ahmad dengan sanad sahih).

Dan masih banyak lagi hadis-hadis yang lainnya.


B. PERNIKAHAN YANG ISLAMI

Anjuran untuk menikah bagi yang telah mampu.

Allah Ta'ala berfirman: “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam Alaihis Salam) dan dari padanya Dia menciptakan isterinya (Hawa), agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung . . . . .” (QS. Al-A’raaf: 189).

Allah Ta'ala berfirman: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian (bujangan laki-laki atau perempuan) diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari budak-budak lelaki dan budak-budak perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32)

Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Wahai sekalian pemuda! Siapa yang telah mampu untuk menikah diantara kalian maka hendaklah menikah, karena (pernikahan itu) lebih menjaga pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan. Barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa (shaum), karena hal itu bisa mengurangi sahwat.” (HR. Bukhari dan Muslim dll)


Tujuan pernikahan dalam Islam.

-Mengikuti sunnah Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam 
-Mendapatkan ketentraman, cinta dan kasih sayang.
-Menjaga pandangan mata dan memelihara kehormatan.
-Membentuk generasi muslim yang berkualitas.
-Melestarikan kehidupan manusia agar tidak punah dll.

Alur yang harus dilalui menuju pernikahan Islami.

Islam tidak mengenal istilah berpacaran, penjajakan atau mencoba-coba dahulu. Apabila seseorang hendak menikah maka dianjurkan untuk memilih calon pendampingnya yang shalih atau shalihah agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi menikah dahulu kemudian menjalin cinta dan kasih sayang setelah ada ikatan pernikahan yang sah menurut syariat.

Kriteria suami yang shalih, antara lain:

-Bertakwa kepada Allah Ta'ala.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13).

-Bertanggung jawab dalam segala hal, baik dalam urusan dunia ataupun urusan akhirat.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …..(QS. At-Tahrim: 6).

-Pengertian.
Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Berbuat baiklah kepada wanita (isteri), karena ia diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok). Apabila kamu hendak meluruskanya maka ia akan patah dan apabila kamu biarkan saja maka ia akan terus bengkok, karena itu nasehatilah wanita (isteri) dengan baik.” (HR. Bukhari dan muslim) .

Kriteria isteri yang shalihah, antara lain:
-Taat kepada Allah Ta'ala dan kepada suami.
-Menjaga dirinya dan harta suami apabila suami bepergian
-Menyenangkan apabila dipandang suami

Allah Ta'ala berfirman: “Wanita yang shalihah adalah yang taat kepada Allah dan kepada suaminya lagi memelihara diri ketika suami tidak ada . . . . . “ (QS. An-Nisaa’: 34)

Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Isteri terbaik adalah apabila dipandang suami ia menyenangkan, apabila diperintah ia taat dan apabila ditinggal bepergian ia menjaga dirinya dan harta suaminya.” (HR. Imam Ahmad dll dengan sanad sahih).

Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda pula: “Dunia adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah isteri yang shalihah.” (HR. Muslim).

Adab meminang dalam Islam:
Apabila telah ada kecocokan antara pihak lelaki dengan pihak perempuan maka disunnahkan untuk nadhar atau saling melihat, namun hendaklah pihak perempuan disertai mahramnya sehingga tidak terjadi khalwat (berduaan).

Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ”Apabila seorang diantara kalian hendak meminang seorang perempuan, jika bisa melihat kepada apa yang menjadi daya tarik untuk menikahinya, maka hendaklah ia lakukan.” (HR. Imam Ahmad dll dengan sanad hasan)

Disunnahkan pula untuk melaksanakan shalat istikharah yaitu meminta petunjuk Allah Ta'ala dengan shalat dua rakaat dan berdoa dengan doa yang telah diajarkan Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam .(HR. Bukhari dll)

Dianjurkan pula untuk bermusyawarah dengan orang-orang yang bolih dipertanggung jawabkan dan telah berpengalaman serta berilmu.

[Tahapan Menuju Pernikahan Yang Sesuai Syari'at
1. Melalui perantara.
2. Tukar menukar bio data.
3. Pelajari lebih dalam tentang calon.
4. Shalat istikharah dan bermusyawah.
5. Nadhor atau saling melihat dan bertemu, tapi tidak berdua-duaan dan pihak perempuan disertai mahramnya.
6. Khitbah atau dipinang.
7. Lamaran.
8. Pernikahan.
9. Allah meridhoi dan memberikan barokah.

Khitbah dan lamaran itu mengikuti adat kebiasaan di suatu tempat. Di tempat kami adatnya khitbah dulu kemudian lamaran.

Ta'aruf harus sepengetahuan wali. Karena sering terjadi ta'aruf tanpa sepenge tahuan wali ternyata setelah keduanya sama-sama cocok dan mantap walinya tidak menyetujui. Ini sangat berdampak buruk.]

Kemungkaran-kemungkaran yang terjadi pada resepsi pernikahan:
-Ikhtilat atau percampuran para undangan lelaki dengan perempuan yang bukan mahram.
-Kedua mempelai duduk di pelaminan dengan disaksikan oleh para undangan.
-Memakai pakaian yang menampakkan aurat.
-Saling bersalaman antara lelaki dengan perempuan yang bukan mahram.
-Kaum perempuan memakai parfum yang dicium wanginya oleh lelaki yang bukan mahram.
-Diperdengarkan musik.
-Mengambil gambar makhluk bernyawa (berfoto).
-Berlebih-lebihan dalam segala hal termasuk makanan sehingga terjadi kemubadziran.
-Mengadakan acara-acara yang tidak ada tuntunannya, yang mengarah pada kesyirikan dan bid’ah dll.


C. MENIKMATI MALAM PERTAMA

Malam pertama adalah malam dimana kedua mempelai melakukan hubungan kelamin pertama kali. Jadi seandainya kedua mempelai baru melaksanakan hubungan kelamin pada malam kedua atau malam ketiga atau malam kesepuluh, maka itulah yang disebut malam pertama. Mengapa demikian? Karena malam pertama selalu dihubungkan dengan peristiwa pemecahan bakarah atau selaput dara.

Menahan nafsu birahi pada malam pertama pernikahan adalah langkah yang bijaksana. Sebaiknya pada malam itu dilakukan perkenalan dan tidur bersama atau melakukan cumbu rayu sebagai pelepas kerinduan. Diperlukan pula kebijaksanaan suami untuk memberikan ketenangan agar isteri tidak merasa takut.

Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam ketika menikah dengan Aisyah –radliallahu anha –satu-satunya isteri Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam yang gadis- dengan memberikan kepada Aisyah –radliallahu anha segelas susu dan duduk disampingnya untuk menenangkannya. (HR. Imam Ahmad dll dengan sanad hasan)

Amalan-amalan yang dilakukan setelah pernikahan:

-Suami memegang bagian depan kepala isteri lalu membaca do’a sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ.

(Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikannya dan kebaikan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya, dan aku memohon perlindungan kepadaMu dari kejelekannya dan kejelekan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya). (HR. Bukhari, Abu Dawud dll)

-Shalat dua raka’at berjamaah suami-isteri kemudian berdoa memohon keberkahan kepada Allah Ta'ala , sebagaimana dicontohkan sahabat Ibn Mas’ud Radhiallahu 'Anhu dan Salafus Saleh Rahimahumullah. (Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Abdur Razzaq dan Ath-Thabrani dengan sanad sahih)

-Berdoa ketika hendak melakukan jima’:

بِسْمِ اللهِ اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا.

(Dengan nama Allah, Ya Allah! Jauhkan kami dari syaitan, dan jauhkan syaitan dari mengganggu apa yang Engkau rezekikan kepada kami.)
(HR. Bukhari dan Muslim)

Etika atau adab dalam berjima’ (bersenggama).

Suami yang bijaksana adalah suami yang tidak hanya mementingkan kepuasan diri sendiri, akan tetapi ia juga berupaya memberikan kepuasan kepada isterinya. Karena itu cumbu rayu sangat diperlukan sebelum dimulainya hubungan badan (jima’).


Para ulama dalam kitab-kitab mereka menerangkan secara mendetail dan terperinci tentang masalah ini dan upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan suami untuk memberikan kepuasan kepada isterinya. Seorang isteri akan merasa sangat tersiksa apabila suami meninggalkannya sebelum mencapai puncak kepuasan (orgasme).

Faktor terpenting untuk mencapai kepuasan bersama adalah:
-Cumbu rayu
-Ketenangan pikiran
-Kenyamanan suasana
-Dan aneka variasi dalam melakukannya.

Ditinjau dari segi agama membuat variasi dari aneka posisi dalam bersenggama tidaklah dilarang. Allah Ta'ala berfirman: “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 223).

Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam menerangkan ayat tersebut: “Dari depan atau dari belakang (boleh) asalkan tetap di farji (vagina).” (HR. Bukhari dan Muslim dll)

Hal-hal yang diharamkan dalam senggama (jima’):

-Senggama (jima’) melalui anus atau lubang dubur [anal sex].
Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Terkutuklah suami yang menggauli isterinya di lubang duburnya (anus).” (HR. Imam Ahmad, Ibn Adiy dll dengan sanad hasan)

-Senggama di farji (vagina) ketika isteri dalam keadaan haid.
Allah Ta'ala berfirman: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 222).

Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda tentang wanita haid: “Lakukanlah segala sesuatu selain nikah (jima’ di farji). (HR. Muslim dll)

Jadi yang diharamkan hanyalah senggama di lubang dubur / anus [anal sex] dan senggama pada waktu haid di farji saja, selain itu tidaklah diharamkan.


D. RUMAH TANGGA YANG SAKINAH
Rumah tangga sakinah adalah rumah tangga yang dibangun atas dasar cinta dan takwa kepada Allah Ta'ala, saling menghormati, menghargai dan pengertian dari semua pihak. Apabila ada problem atau masalah maka diselesaikan dengan sabar dan tanpa emosi serta tidak mudah mengeluarkan kata-kata cerai.
Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa salah satu jalan menuju kebahagiaan adalah paham dalam liku-liku seksuil. Akan tetapi kepahaman itu belumlah sempurna kalau tidak disertai dengan iman dan takwa.
Apalah artinya harta bagi seorang isteri jika ternyata kebutuhan bathiniahnya tidak terpenuhi? Demikian pula apalah artinya kecantikan, keayuan dan kemolekan isteri jika ia dingin saja dalam berhubungan badan (jima’) dengan suaminya? Suami isteri harus menyadari akan hal ini.
Seorang isteri harus selalu siap melayani suaminya untuk mencapai kepuasan, demikian pula seorang suami harus selalu berusaha memberi kepuasan kepada isterinya. Akhirnya berbahagialah keduanya dalam jalinan cinta yang harmonis dan diridlai oleh Allah Ta'ala.

KEWAJIPAN SEX ANTARA SUAMI ISTERI DALAM ISLAM



DALAM al-Quran Allah memberikan "kebenaran' kepada suami untuk melakukan hubungan seks dengan isterinya pada bila-bila saja. Hal ini seperti dinyatakan dalam firman-Nya yang bermaksud: "Isteri-isteri kamu adalah sawah ladang kamu, maka datangilah sawah ladangmu itu dengan cara yang kamu sukai." (Surah al-Baqarah, ayat 223)

Bagaimanapun, sebenarnya dalam ayat itu ada beberapa ajaran yang tersirat, iaitu "mendatangi sawah ladang mestilah dilakukan pada waktu dan masa yang sesuai, bukan sesuka hati.'

Perkara sedemikian kerana apabila menanam padi dan tumbuhan lainnya di sawah atau ladang tanpa melihat keadaan musim dan waktu, maka sawah ladang tadi tidak akan memberikan hasil yang baik.

Ertinya, meskipun Allah memberikan kebebasan kepada suami untuk melakukan hubungan badan dengan isterinya, suami mestilah bersikap bijaksana. Suami tidak melakukan paksaan apabila dia mengetahui bahawa isterinya dalam keadaan tidak bersedia.

Sikap saling memahami dan bertolak ansur antara suami isteri ini digambarkan dalam al-Quran. Firman-Nya bermaksud: "Isterimu itu adalah pakaian kamu, dan kamu adalah pakaian mereka." (Surah al-Baqarah, ayat 187)

Berdasarkan ayat ini, jelas bahawa antara suami dan isteri memiliki darjat yang setara dan saling melengkapi antara satu sama lain. Untuk itu, hubungan seks mesti dilakukan dengan cara yang baik dan menyenangkan kedua-dua pihak.

Oleh kerana hubungan seks memiliki peranan penting dalam ajaran Islam, maka ulama menetapkan beberapa hukum berkenaan dengan masalah ini, iaitu:

WAJIB
Hukum ini berlaku andai kata suami meminta isteri melakukan hubungan seks, sementara isteri berada dalam keadaan suci tidak ada uzur dan siap secara fizikal dan mental. Maka pada keadaan seperti ini, wajib bagi isteri untuk melakukan hubungan itu dengan suaminya.

Dalam hal ini, Rasulullah saw pernah bersabda bermaksud: "Apabila seorang suami meminta isterinya untuk melakukan hubungan badan, sementara isterinya tidak mahu untuk melakukannya dan suami itu berasa marah, maka malaikat akan mengutuk isteri berkenaan dari malam hingga ke pagi." (Hadis riwayat Muslim).

Dalam hadis itu, Rasulullah memberikan kebebasan kepada suami untuk meminta isteri melayannya, tetapi Baginda sentiasa mengingatkan beberapa adab atau etika yang harus dipatuhi oleh suami agar isteri tidak berasa dipaksa atau terpaksa.

Dalam satu hadis, Rasulullah bersabda: "Janganlah antara kamu melakukan hubungan badan dengan isterinya seperti binatang. Sebaiknya mereka melakukan dua perkara terlebih dulu. Sahabat bertanya, apa dua perkara itu? Rasulullah menjawab ciuman dan kata-kata mesra." (Hadis riwayat Dailami)

Ciuman dan kata-kata mesra seperti dikatakan dalam hadis itu untuk membangkitkan ghairah isteri hingga dia bersiap sedia untuk melakukannya dengan hati rela.

Di samping itu, suami tidak dibenarkan hanya mementingkan kepuasan dirinya tanpa memerhati keadaan isteri.

Rasulullah dalam hal ini pernah bersabda: "Apabila kamu melakukan hubungan badan dengan isterimu dan kamu telah berasa puas, sementara isteri kamu belum lagi merasakan kepuasan syahwatnya, maka kamu harus tetap bersamanya hingga dia juga merasakan kepuasan itu." (Hadis riwayat Abu Ya'la)

Berdasarkan keterangan di atas dapat difahami meskipun isteri wajib melayan keinginan suaminya, hubungan badan untuk kepentingan kedua-dua belah pihak, hingga tidak ada yang berasa dipaksa dan dirugikan.

Hubungan badan yang mesra seperti inilah yang disyariatkan oleh agama dan mendatangkan kesihatan baik dari segi fizikal mahupun mental.

SUNAT
Sunat melakukan persetubuhan pada Jumaat dengan syarat ketika suami menginginkan hubungan berkenaan isteri berada dalam keadaan suci tanpa uzur.

Perkara ini berdasarkan riwayat bahawa Rasulullah bersabda: "Siapa yang mandi junub pada Jumaat dan dia pergi ke masjid, maka dia seperti telah berkorban seekor kambing."

MAKRUH
Makruh melakukan hubungan badan apabila satu pihak berada dalam ketakutan, waktu yang tidak sesuai, tidak ghairah dan semua keadaan yang boleh membuat hubungan seks itu tidak mencapai matlamat sebenar.

HARAM
Haram hukumnya melakukan hubungan seks apabila isteri berada dalam keadaan haid seperti firman Allah, maksudnya: "Janganlah kamu mendekati mereka (isteri kamu untuk melakukan hubungan seks) hingga mereka bersih." (Surah al-Baqarah, ayat 222).

Pakar perubatan moden juga bersetuju bahawa perempuan yang sedang haid tidak boleh disetubuhi kerana pada waktu itu mereka sedang mengeluarkan darah kotor yang mengandungi banyak kuman dan bakteria.

Di samping itu, pada masa haid saraf alat kelamin mereka sedang berada dalam keadaan yang tidak stabil.

Diharamkan juga bersetubuh pada siang puasa Ramadan dan pada waktu melaksanakan ihram atau menyetubuhi isteri melalui duburnya.

Demikian besarnya perhatian Islam dalam masalah pernikahan, khususnya masalah hubungan seksual hingga suami dan isteri tidak ada berasa dirugikan atau dipaksa.

Perkara itulah yang dipesan Rasulullah dalam sabdanya: "Takutlah kamu kepada Allah dalam urusan perempuan. Sesungguhnya kamu ambil mereka dengan amanah Allah dan kamu halalkan mereka dengan kalimah Allah." (Hadis riwayat Muslim)

Andai kata setiap Muslim memahami matlamat nikah dan hubungan seksual dalam Islam, maka tidak akan ada lagi istilah isteri dirogol suami. Sebab isteri menyedari bahawa dengan ijab dan kabul dia telah menyerahkan dirinya kerana Allah untuk suaminya.

Suami pula menyedari bahawa isteri adalah amanah Allah yang telah diterimanya melalui ijab dan kabul itu.

Dengan kesedaran ini, maka suami dan isteri akan melakukan hak dan kewajipan mereka dengan baik berdasarkan panduan al-Quran dan sunnah. Tidak akan ada yang berasa dizalimi atau menzalimi. Suami dan isteri sama berusaha menciptakan keluarga bahagia baik di dunia atau akhirat.
Read More

MENGUMPAT

HUKUM MENGUMPAT



Hukum mengata dan mengumpat. Ramai yang kurang senang bila dengar tentang HUKUM MENGUMPAT,ini kerana ramai yang suka mengamalkan tabiat nie,malah ada ketikanya dah menjadi amalan harian kan....Kadang kala aku sendiri TERbuat jugak,tapi sekarang dalam proses perubahan kearah kebaikan...:)

Sekadar renungan untuk semua berkaitan Hukum Mengumpat atau ghibah.Ianya ada berkait rapat dengan kehormatan dan keperibadian seseorang. Ianya bukan sahaja menimbulkan keaiban kepada ORANG yg DIUMPAT malah menampakkan KEAIBAN dan KEBURUKAN SI PENCERITA.

Allah swt telah menetapkan nas yang berupa celaan keras tentang mengumpat dalam Firmannya :-

" Janganlah sesetengah dari kamu semua itu mengumpat sesetengahnya. Apakah seseorang itu
suka makan daging saudaranya dalam keadaan telah mati, tentulah kamu semua tidak
menyukainya yang sedemikian itu;(Surah Hujurat ayat 12) "

Rasullah (S.A.W.) pula pernah berpesan agar kita menjaga lidah mengenai hal orang yang membuka rahsia orang lain dalam sabdanya:

" Wahai kumpulan orang yang beriman dengan lidahnya tetapi tidak masuk kedalam jiwanya!
Janganlah kamu mengumpat orang Islam dan janganlah mengesan atau mencari-cari rahsia
mereka kerana barang siapa mengesan rahsia mereka, Allah akan buka rahsianya. Dan barang
siapa Allah buka rahsianya maka dimalukan dia dalam rumahnya (sekali pun dirahsiakannya)."

Dalam hal ini pernah Talhah (sahabat Rasullah(S.A.W.)) menyesali tindakannya mengesan tingkahlaku Saidina Umar yang sering berkunjung ke rumah seorang perempuan buta yang lumpuh kerana membantu wanita tersebut.

Dengan itu adalah penting seseorang cuba menutup kelemahan saudaranya kerana ganjaran besar yang akan diterima disamping jaminan kelemahan/keaibannya ditutupi oleh Allah, atau sekurang-kurangnya takut kepada amaran Allah (S.W.T) dalam firmannya:

" Sesungguhnya mereka yang suka menyebar kejahatan dalam golongan orang - orang yang
beriman, akan mendapat ahzab yang payah didalam dunia dan akhirat;(Surah Al-Nur ayat 19)"

Sebab-sebab mendorong seseorang itu mengumpat :-

1. Ingin melenyapkan kemarahan :-
Apabila marahakan seseorang dilepaskan dengan menceritakan keburukan @ KELEMAHAN orang yang dimarahi,didendami. Jadi ia mengumpat mengata yang bukan-bukan.

2. Kemegahan Hati :-
Keinginan agar disifatkan lebih tinggi martabat lebih megah dan mulia dari orang yang diumpati dengan menyebut kejelekan orang tersebut.

3. kedengkian :-
Iri hati melihat orang yang selalu dipuji. Jadi ia mencari kelemahan dan keburukan orang tersebut agar orang itu tidak dipuji.

4. Saja suka-suka:-
Bersenda gurau untuk ketawa-ketawa yang tidak ada manfaatnya iaitu memeriahkan suasana dengan bercakap atau bercerita tentang hal orang lain

5. Penghinaan :-
Iaitu menganggap hina,rendah/lemah kepada orang lain. Perbuatan ini ialah kerana perasaan angkuh,sombong, dan sifat tinggi diri yang tiada terbatas.

6. Sifat-sifat lain :-
Sukar dianalisis banyak sebab tetapi semuanya yang lahir akibat tipu daya syaitan yang BERJANJI ingin menyesatkan umat.

Hukum Mengumpat :-

Mengumpat dengan hati yang mempunyai sangkaan buruk kepada orang lain. Hukumnya sama HARAM
dengan mengata orang secara lisan. Ini dilarang keras sebagaiman firman ALLAH swt ;-

"Hai orang-orang beriman jauhilah sebahagian besar sangka-sangka itu sebab setengah dari sangka-sangka itu adalah DOSA"  Oleh itu jika ada satu bisikan dalam hati ingin bersangka buruk kepada orang lain baiklah tolak sahaja dan cepat-cepat beristighfar.

JANGAN MENGUMPAT



"...dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani." (Surah Al-Hujuraat, ayat 12)

Seperti yang kita tahu, mengumpat ialah bercakap tentang perkara yang tidak disukai orang yang diumpat - yakni perkara yang jika orang itu tahu kita berkata mengenainya boleh menyebabkan dia berkecil hati atau marah. Jika kita tidak berhati-hati, perkara yang diumpat juga boleh menjadi fitnah jika tidak diketahui kesahihannya.

"Iaitu semasa kamu bertanya atau menceritakan berita dusta itu dengan lidah kamu, dan memperkatakan dengan mulut kamu akan sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan yang sah mengenainya; dan kamu pula menyangkanya perkara kecil, pada hal ia pada sisi hukum Allah adalah perkara yang besar dosanya." (Surah An-Nuur, ayat 15)

Orang yang mengiyakan perkara yang diumpat juga samalah seperti orang yang mengumpat. Manakala orang yang hanya mendengar umpatan (terutamanya yang tidak diketahui kebenarannya) tanpa berbuat apa-apa pula sepatutnya mengingatkan orang yang sedang mengumpat tentang bahaya menyebarkan khabar angin tersebut. Allah SWT berfirman:

"Dan sepatutnya semasa kamu mendengarnya, kamu segera berkata: "Tidaklah layak bagi kami memperkatakan hal ini! Maha Suci Engkau (ya Allah dari mencemarkan nama baik ahli rumah Rasulullah)! Ini adalah satu dusta besar yang mengejutkan." (Surah An-Nuur, ayat 16)

Ya, manusia dicipta dengan berbagai-bagai ragam dan perangai. Tak terkecuali juga 'kaki-kaki mengumpat'. Apabila rakan kita sudah mula membuka tingkap 'kafe mengumpat', bagaimana kita nak elak ya? Pahala dah lah tak banyak mana, nak sedekahkan pula pahala kepada rakan kita yang diumpat tu. Jadi, bagaimana nak elak daripada mendengar umpatan?

Petua:

1. Jika kita benar-benar sayangkan rakan kita dan kita mempunyai kekuatan dan keberanian untuk menegur, tegurlah. Tegur ada banyak metodenya. Tegur secara baik dan halus, atau tegur secara direct dan ringkas. Metode ini bergantung kepada mad'u tersebut. Sekiranya dia seorang yang sensitif, tegurlah secara baik dan halus. Dan sekiranya dia seorang yang lambat pickup atau tak berapa nak sensitif, tegurlah secara direct dan ringkas. Tetapi mesti secara BERHIKMAH.

[Dulu, saya pernah menegur sahabat saya yang berbuat kesalahan dengan cara agak kasar. Akibatnya, api pergaduhan mula dinyalakan, dan akhirnya, dakwah itu tidak sampai, astaghfirullah. Tetapi saya sudah meminta maaf dan kami sudahpun berbaik. Sebab itulah pentingnya dakwah secara hikmah.]

2. Sekiranya si fulan yang mengumpat itu merupakan orang yang lebih tua daripada kita, atau merupakan seorang yang agak ego (susah nak terima nasihat dan pendapat), dan kita pula tidak mempunyai kekuatan dan keberanian untuk menegur, maka dakwahlah secara perlahan-lahan:

Sewaktu 'sesi umpatan' itu, buatlah mimik muka bosan atau tidak berminat dengan percakapannya. Jangan pandang wajahnya secara terus sewaktu sesi tersebut, sebaliknya lilau-lilaukanlah mata ke tempat lain, menunjukkan kita sudah bosan mendengar kata-katanya. Dan, paling penting, janganlah tambah kehangatan sesi itu dengan "Ohh, yeke?" atau "Ohh, tak sangka macam tu.."

Selain itu, kita boleh berpura-pura sedang kesempitan atau mengejar masa. Sesekali kerling jam tangan, atau sekiranya tidak memakai jam tangan sewaktu itu, tanya si fulan itu, "Eh, dah pukul berapa ya sekarang?"
Kita juga boleh cuba selitkan sekali-sekala tentang keburukan kita - menunjukkan betapa banyaknya keburukan kita dan betapa tidak layaknya kita untuk menilai dan mengumpat orang lain.

Setelah sesi umpatan tersebut berakhir, berikan artikel kepadanya tentang keburukan mengumpat dan seumpama dengannya. Sekarang ni kan teknologi dah canggih, print sahaja artikel daripada iluvislam atau mana-mana blog yang boleh dipercayai kesahihannya, dan berikan kepada si fulan itu. Atau lebih mudah, sebarkan sahaja di Facebook. Lambat-laun, insya-Allah, dengan berkat usaha dan doa kita, hatinya akan lembut. Tapi hidayah tu milik Allah, kita cuma perlu berusaha saja dan selebihnya kita serahkan kepada Allah.

Akan tetapi, kadangkala kita perlu berkata tentang keburukan seseorang, contohnya, apabila kita hendak melaporkan tentang kezaliman seorang pemimpin terhadap orang bawahannya atau apabila hendak membuat laporan kepada pihak berkuasa tentang maksiat yang berlaku.

Apa-apa pun, berhati-hatilah dalam berbicara, pastikan kesahihan laporan itu dan pastikan juga tiada unsur tokok tambah. Dan yang paling penting, niatkan kerana Allah.

Wallahu'alam.
Read More

JADILAH SEORANG PEMAAF


Assalamualaikum warahmatullah dan salam sejatera,

Pemaaf adalah sifat luhur yang perlu ada pada diri setiap muslim. Antara sifat positif yang terdapat dalam diri manusia adalah pemaaf, yakni lawan kepada sifat pemarah dan pendendam. Ketika manusia diciptakan oleh Allah SWT, Allah mencipta juga pelbagai bentuk emosi dan keinginan dalam diri manusia yang berbentuk positif dan negatif yang saling mempengaruhi antara satu sama lain.

Ada beberapa ayat al-Quran dan hadis yang menekankan keutamaan bersifat pemaaf yang juga disebut sebagai sifat yang hampir di sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman yang bermaksud, “Dan orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain, Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan.” (Surah ali-Imran ayat 134)

Kadang kala, perasaan marah juga disebabkan persaingan untuk mendapatkan sesuatu. Dalam keadaan itu, pesaing dianggap sebagai musuh yang perlu diatasi dengan apa cara sekalipun. Punca ini boleh merebak kepada fitnah, ugutan dan tindakan fizikal secara kekerasan. Namun, diakui bukan mudah untuk menjadi seorang pemaaf. Sikap negatif yang menjadi lawannya iaitu pemarah sentiasa berusaha menidakkan wujudnya sifat pemaaf dalam seseorang.

Pertembungan dua unsur ini mewujudkan satu mekanisme yang saling ingin menguasai diri seseorang. Iman dan takwa menjadi pengemudi melahirkan sifat pemaaf, manakala syaitan pula mengambil tempat mendidik sifat pemarah. Hakikatnya, syaitan sentiasa menggunakan kelemahan manusia untuk digoda dari pelbagai penjuru agar timbul sifat haiwaniah dalam diri manusia.

Memang tepat sifat pemaaf itu bukanlah satu perbuatan yang mudah dilakukan. Firman Allah SWT yang bermaksud, “Tetapi, sesiapa yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya termasuk pekerjaan yang berat ditanggung.” (Surah asy-Syura ayat 43)

Sifat pemaaf memang sukar dilakukan memandangkan manusia sentiasa dikuasai fikiran logik untuk bertindak atas sesuatu perkara sehingga membunuh nilai moral sebenar. 



Bukan penyelesaian

Emosi manusia pula memang mudah terpengaruh ke arah melakukan tindakan yang pada pandangannya logik adalah tindakan yang sepatutnya. Apatah lagi jika hasutan syaitan berjaya menguasai diri. Di sinilah pentingnya kita memupuk sifat pemaaf dalam diri. Sesuatu yang lojik tidak semestinya betul. Sebaliknya, ajaran agama adalah petunjuk kepada kebenaran yang mesti diamalkan untuk mendapat kebaikan di dunia dan di akhirat. Tindakan marah melampau dan diikuti pula dengan tindakan fizikal bukanlah jalan penyelesaian masalah atau untuk menunjukkan siapa yang benar. Jika diteruskan niat melakukan tindak balas atas kemarahan itu, mungkin ada tindakan yang mendatangkan keburukan sehingga berlakunya pembunuhan.

Sesiapa berupaya menahan kemarahan, bererti dalam dirinya memiliki kemuliaan, keberanian, keikhlasan dan kekuatan yang sebenar. Sebaliknya, orang yang tidak mampu menahan marah adalah golongan yang lemah. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Bukanlah orang yang kuat itu (dinilai) dengan  (kekuatan) dalam pergelutan, sesungguhnya orang yang kuat ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah.” (Hadis riwayat Bukhari)

Pentingnya sifat menahan marah mendorong Nabi Muhammad SAW apabila diminta oleh seorang lelaki agar berpesan atau mengajarnya mengenai sesuatu perkara, Nabi menjawab ringkas iaitu “jangan marah”. Lelaki itu seperti tidak berpuas hati dengan jawapan itu. Dia mungkin merasakan apalah besar sangat kebaikan menahan marah. Lalu dia bertanya buat kali kedua mengharapkan agar Rasulullah memberitahu amalan lain yang lebih besar pahalanya. Tetapi Rasulullah SAW tetap mengulangi perkataan “jangan marah”. Untuk mendidik sifat baik dalam diri perlulah menghampiri diri dengan memperbanyakkan melakukan ibadah wajib dan sunat. Dengan kekuatan takwa dan iman secara langsung akan menjauhkan perakara yang ditegah, termasuklah sifat pemarah.

Sifat pemaaf lahir dari jiwa dan hati yang tenang, hasil daripada tarbiyah yang berterusan. Sebab itu, selalulah cuba memupuk sifat pemaaf. Bermulalah dengan perkara yang kecil. Bagi orang yang bersifat pemaaf, tiada tersimpan perasaan marah dalam hatinya. Sebab itu, hati orang yang bersifat pemaaf tidak mudah terbakar dengan provokasi yang menekan dirinya.


Hati tidak tenteram

Banyak masalah berkaitan hubungan sesama manusia berpunca dari sifat marah dan membalas dendam. Biarpun perselisihan kecil, perkara itu tidak dapat diselesaikan disebabkan perasaan dendam masih bertapak di hati. Sikap berdendam hanya merugikan kedua-dua pihak. Paling tertekan ialah pihak yang lebih banyak berdendam.



Hatinya tidak tenteram dan sentiasa ada perasaan buruk sangka. Kadangkala, yang berdendam hanya sebelah pihak. Sedangkan, sebelah pihak lagi menganggap persengketaan sebelum ini sudahpun selesai. Jika sifat memaafkan diamalkan, insya Allah, kita tidak akan menanggung kemarahan daripada orang lain. Sesungguhnya Allah SWT terlebih awal memberi keampunan dengan rahmat-Nya.

Jika ada sesuatu yang menimbulkan perasaan marah, berfikirlah sejenak untuk menilai atau muhasabah diri sendiri terlebih dahulu. Renungkan dalam hati adakah perkara itu berpunca dari kita sendiri? Adakah sebelum ini kita mengambil langkah yang wajar untuk mengelak perkara itu daripada berlaku? Jika kita mampu berfikir sedemikian, cahaya kebenaran mudah memasuki ruang hati dan memberi petunjuk tindakan yang wajar dilakukan seterusnya. Pada ketika itu, syaitan tidak berpeluang untuk menyemarakkan perasaan marah, yang lahir adalah keinsafan dan sifat memaafkan.

Sifat pemaaf memberi manfaat yang besar kepada diri sendiri terutama dari segi rohani. Orang yang brsifat pemaaf selalu dalam keadaan tenang, hati bersih, berfikiran terbuka, mudah diajak berunding dan sentiasa menilai diri sendiri untuk melakukan kebaikan.

Renung-renungkan…
Read More

JANGAN ADA DENDAM



Antara kita pasti pernah merasa wujudnya dendam dalam diri. Apabila berbicara soal dendam, setiap daripada kita pasti punyai alasan yang tersendiri kenapa perlu dendam itu melekat di dalam hati.

Baiklah, kali ini saya ingin berbicara soal dendam.. somehow, perkataan ini sering berlegar-legar di dalam fikiran dan hati saya sejak akhir-akhir ini. Kenapa ya? Mungkin pengalaman-pengalaman yang dikutip samaada pengalaman orang lain mahupun pengalaman diri sendiri mempengaruhi mood, cara berfikir dan emosi saya.

Mari kita selami apa erti dendam yang sebenarnya. Saya kira, semua sudah sedia maklum bagaimana bentuk rasanya perasaan dendam itu. Tapi, apa kata kita cuba mendalami erti dendam dari segi definisi pula. Dendam mempunyai dua definisi yang berbeza.Definisi yang positif ialah;

Dendam berahi perasaan cinta dan kasih terhadap seseorang dan definisi yang negatif;

Dendam hati keinginan (perasaan) hendak membalas kejahatan

Aneh bukan, satu perkataan yang sama punyai erti yang sangat bertentangan. Satu pengertian membawa ke arah keharmonian dan kebahagiaan dan satu pengertian membawa kepada penderitaan hati yang tiada penghujung!.

Dalam hidup kita pastinya berlaku sesuatu peristiwa yang menyebabkan perasaan dendam itu wujud dengan sendirinya. Suka atau tidak, ia bukanlah pilihan kita. Sudah pasti tindakan dan persepsi kita selepas peristiwa tersebut akan sentiasa berkaitan dengan dendam tersebut. Oh ya, dendam yang ingin saya perhalusi pada kali ini ialah dendam dari perspektif yang negatif. Kenapa? Kerana ia banyak memberi kesan yang negatif dalam hidup kita.

Saya punyai seorang sahabat. Jalan kehidupannya bukanlah mudah. Penuh ranjau dan duri. Hinggakan saya sendiri tidak dapat membayangkan apa yang akan saya lakukan sekiranya saya berada di tempatnya. Ujian kehidupan yang diberikan-Nya kepada sahabat saya, pada saya terlalu sukar. Ujian yang bagaimana; biarlah rahsia. Tetapi, sudah tentu kita tidak dapat menanggung perasaan dendam apabila kepercayaan yang kita berikan dikhianati dan kebaikan kita diambil kesempatan. Malah lebih dari itu, pendirian dan prinsip kita tidak dihormati. Sudah pasti kita tidak akan terlepas dari menyimpan perasaan dendam yang menggunung itu.

Tapi, mungkin kita tidak sedar, dengan wujudnya perasaan dendam itu, kita tidak mungkin akan bebas dari kenangan-kenangan silam yang terlalu pahit untuk ditelan. Sampai bila-bila kepahitan itu akan sentiasa berada di dalam mulut kita. Tidak mahu kita telan dan tidak pula mahu kita luahkan. Terasa seolah-olah diri hidup dalam sengsara. Perasaan dan fikiran mula diasak dengan pertanyaan, “kenapa aku perlu hadapi perasaan yang tidak enak seperti ini? Aku ingin sekali bebas dari perkara yang ‘remeh’ macam ni.. tapi kenapa ia datang mengganggu hidup aku lagi?”

Ya, ingin sekali membebaskan diri daripada belenggu kenangan silam yang terlalu pahit untuk ditelan dan meneruskan hidup yang lebih gemilang. Sudah bertahun lamanya dibelenggu perasaan ini. Terasa seolah-olah tiada peluang untuk mengecapi kegemilangan dalam kehidupan. Perasankah kita kenapa kita seolah-olah tak boleh nak move on?

Ya.. kerana kita berdendam.. kita sentiasa menyalahkan orang lain di atas ketidakupayaan kita untuk meneruskan kehidupan dengan gembira. “Ni semua dia punya pasal la.. kalau dia tak kacau aku, takde la aku jadi macam ni” atau; “kenapa la dia ni macam tak boleh tengok aku senang je, apa yang aku buat, dia nak buat.. macam nak sabotaj aku je, huh!” Ohhh.. sungguh ironi sekali, jelas di situ kita yang berprasangka (walaupun mungkin apa yang kita sangkakan itu adalah tepat 100%) apa salahnya kita bersangka baik dengan orang lain. Mungkin mereka tidak sengaja menyakiti kita (walaupun sebenarnya memang mereka sengaja). Bukankah memberi kemaafan itu lebih baik daripada terus berdendam dengan kesilapan orang lain terhadap kita. Memaafkan bukanlah sesuatu yang senang. Mulut berkata; “aku maafkan kau” tapi sebenarnya dalam hati, masih tersimpan sekelumit dendam itu. Akhirnya, kita sendiri yang binasa akibat tidak mampu untuk meninggalkan sejarah silam. Sedangkan mereka yang membuat onar itu hidup dengan bebas gembira. Ahhh.. sungguh, bukan senang untuk memaafkan..

Firman-Nya:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (iaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang mahupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Surah Ali Imran: 133-134)

“…Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah.” (Surah Asy-Syura: 40)

Rasulullah SAW bersabda, “wahai Uqbah, bagaimana jika ku beritahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mahu memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu.” (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy)

Daripada ayat-ayat dan hadis di atas, dapat kita ambil pengajarannya bahawa sesungguhnya memberi kemaafan itu lebih utama daripada terus menyimpan dendam marah di atas kesilapan orang lain. Anggaplah kesilapan-kesilapan mereka terhadap kita itu sebagai pengajaran dan mungkin sebagai kifarah di atas segala kesilapan kita juga. Sentiasa ingat; kita tidak punyai apa-apa keuntungan pun selagi kita terus menyimpan rasa dendam itu. Bahkan ia menjadi satu liabiliti yang terbesar dalam diri. Ya, bukan senang untuk memadamkan luka di dalam hati. Bukan senang untuk melupakan kepedihan yang dialami. Tetapi, hati tanpa sebuah dendam lebih menjanjikan kecemerlangan dalam kehidupan. Sudah pasti kehidupan yang terasa disia-siakan selama bertahun-tahun ini tidak terus menjadi sia-sia.

Sukar sekali menjatuhkan ego dalam diri; terasa seolah-olah maruah diri diperkotak-katikkan. Tetapi, sebenarnya kita yang memperkotak-katikkan diri kita kerana bergantung kepada orang lain untuk mengubah hidup kita. Orang lain merupakan faktor luaran yang sudah tentu kita boleh abaikan andainya kita mahu.

“Manusia mampu berubah demi orang yang mereka cintai. Tetapi kita tidak sedar sebenarnya kita mampu untuk berubah kerana tekad dalam hati kita yang mendambakan sebuah perubahan. Semuanya kerana diri kita sendiri bukan orang lain.”

(dipetik dari sini)

Dari itu, maafkanlah.. lupakanlah.. dan mulakanlah langkah yang pertama untuk menjadi seorang insan yang lebih cemerlang di dunia dan pastinya cemerlang di akhirat. Kenangan semalam, simpanlah ia di dalam lipatan.. simpanlah ia di dalam safety box, kuncinya buang ke laut. Jadikanlah ia satu pengajaran agar kita tidak lagi tergelincir dan tersasar apabila menghadapi situasi yang hampir sama pada masa hadapan. Sekurang-kurangnya pengalaman itu mengajar kita erti hidup; melatih kita untuk bersedia menghadapi cabaran yang lebih hebat lagi di masa akan datang.

Mungkin kebahagiaan sukar diperolehi kerana hati kita yang hitam.

Mungkin rezeki tidak muncul kerana hati kita yang tidak bersih.

Mungkin jodoh terhalang kerana hati kita yang tidak memaafkan.

Maafkan sahaja mereka, insyaAllah hati kita akan lebih tenang..

dipetik dari Kemaafan Dendam yang Terindah

Buanglah dendam itu, insya Allah kebahagiaan dan kejayaan pasti menyusul. Insya Allah, pintu kecemerlangan dan kegemilangan itu pasti akan terbuka akhirnya, andainya kita sanggup melangkah keluar daripada pintu dendam kenangan silam. Kerana kita yang menentukan hidup kita gembira ataupun tidak. Bukanlah dengan kehadiran halangan-halangan yang berbentuk manusia dan perbuatan mereka itu penghalang kita daripada mengecapi kebahagiaan. Bergantung haraplah kepada Allah, nescaya kita tidak akan kecewa selamanya. Insya Allah..

AKIBAT ANGKARA DENDAM

Read More

HATI-HATI DENGAN "WALL" FACEBOOK

Mark Elliot Zuckerberg (lahir pada 14 Mei 1984 yang menjadi CEO facebook pada mulanya hanyalah seorang programmer komputer dan peniaga Internet seperti diketahui adalah seorang Yahudi. Facebook dibangunkan pada tahun 2004 oleh Zuckerberg dan teman sekuliahnya iaitu Dustin Moskovitz, Eduardo Saverin, dan Chris Hughes ketika menjadi mahasiswa di Universiti Harvard.

Pada tahun 2010, Zuckerberg terpilih sebagai Person of the Year versi majalah Time. Pada 2011, kekayaan peribadinya dianggarkan lebih kurang $17.55 billion. Ada pihak yang mengaitkan Wall di Facebook adalah berdasarkan The Wailing Wall atau dalam bahasa Melayu Tembok Ratapan. 

Di dinding itu mereka menangisi dosa-dosa mereka, meluahkan harapan, ratapan dan segalanya. Itulah tujuan mereka membuat FB. Tembok Meratap atau Tembok Barat (Bahasa Ibrani: הכותל המערבי, translit.: HaKotel HaMa’aravi) (Bahasa Arab: حائط البراق‎, translit.: Haa-et Al-Buraaq) ialah satu tempat yang penting dan dianggap suci oleh orang Yahudi mahupun Muslim. Ini adalah sisa tinggalan dinding Bait Suci Kedua di Baitulmuqaddis yang dibangunkan oleh Nabi Sulaiman A.S, putera Nabi Daud.

Bagi umat Muslim, dinding ini juga merupakan sebahagian dari dasar binaan Masjid al-Aqsa dan Masjid Omar (Arab: قبة الصخرة, Qubbat As-Sakhrah), serta diyakini sebagai gerbang tempat berangkatnya Nabi Muhammad s.a.w. dari Baitulmuqaddis ke Syurga (mikraj) dengan menaiki Buraq. Panjang tembok ini pada asalnya adalah sekitar 485 meter, tetapi kini panjangnya hanya tinggal 60 meter sahaja. Orang Yahudi percaya bahawa tembok ini tidak ikut hancur sebab di situlah terletaknya “Shekhinah” (Arab: Sakinah) (kehadiran Ilahi). Jadi pada mereka, berdoa di situ sama ertinya dengan berdoa kepada Tuhan. 



Tembok ini dulunya dikenalisebagai Tembok Barat, tetapi kini disebut “Tembok Ratapan” kerana di situlah destinasi suci untuk orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu. 



Hati-hatilah sahabat, tanpa kita sedari, mungkin kita lebih banyak mengadu masalah di FB daripada mengadu kepada ALLAH SWT, lebih mengutamakan update status daripada bersolat dan zikir kepada ALLAH SWT. 



SO.. RENUNG2KANLAH..!  KALAU BENAR KITA MENGAKU ALLAH ITU KEKASIH KITA.. CUKUPLAH ALLAH TEMPAT MENGADU.. BUKAN BOMOH, USTAZ, USTAZAH ATAU SEBAGAINYA.. MEREKA ITU HANYALAH MAKHLUK SEPERTI KITA JUGA.
Read More

AKIBAT BERZINA



ZINA merupakan kejahatan yang sangat besar yang memberi kesan amat buruk kepada penzina itu sendiri, khususnya dan kepada seluruh umat amnya. Di zaman sekarang di mana banyaknya saluran dan media yang berusaha menyeret kearah perbuatan keji ini, maka amat perlu untuk setiap orang mengetahui bahaya dan akibat buruk yang timbul dari dosa zina. Kita semua hendaklah lebih berhati-hati dan berwaspada agar tidak terjerumus, hatta, walaupun hanya mendekatinya.

Di antara akibat buruk dan bahaya tersebut adalah :

1- Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan yakni berkurangnya agama si penzina, hilangnya sikap wara’ (menjaga diri dari dosa), buruk keperibadian dan hilangnya rasa cemburu.

2- Zina membunuh rasa malu, padahal dalam Islam malu merupakan suatu hal yang amat diambil berat dan perhiasan yang sangat indah khasnya bagi wanita.

3- Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.

4- Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.

5- Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.

6- Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Allah mahupun sesama manusia.

7- Allah akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terkawal.

8- Pezina akan dipandang oleh manusia dengan pandangan mual dan tidak percaya.

9- Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dihidu oleh orang-orang yang memiliki ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) melalui mulut atau badannya.

10- Kesempitan hati dan dada selalu meliputi para pezina. Apa yang ia dapati dalam kehidupan ini adalah sebalik dari apa yang diingininya. Ini adalah kerana, orang yang mencari kenikmatan hidup dengan cara bermaksiat kepada Allah maka Allah akan memberikan yang sebaliknya dari apa yang dia inginkan, dan Allah tidak menjadikan maksiat sebagai jalan untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.

11- Penzina telah mengharamkan dirinya untuk mendapat bidadari yang jelita di syurga kelak.

12- Perzinaan menyeret kepada terputusnya hubungan silaturrahim, derhaka kepada orang tua, pekerjaan haram, berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunan. Bahkan boleh membawa kepada pertumpahan darah dan sihir serta dosa-dosa besar yang lain. Zina biasanya berkait dengan dosa dan maksiat yang lain sebelum atau bila berlakunya dan selepas itu biasanya akan melahirkan kemaksiatan yang lain pula.

13- Zina menghilangkan harga diri pelakunya dan merosakkan masa depannya di samping meninggalkan aib yang berpanjangan bukan sahaja kepada pelakunya malah kepada seluruh keluarganya.

14- Aib yang dicontengkan kepada pelaku zina lebih membekas dan mendalam daripada asakan akidah kafir, misalnya, kerana orang kafir yang memeluk Islam selesailah persoalannya, namun dosa zina akan benar-benar membekas dalam jiwa kerana walaupun akhirnya pelaku zina itu bertaubat dan membersihkan diri dia akan masih merasa berbeza dengan orang yang tidak pernah melakukannya.

15- Jika wanita yang berzina hamil dan untuk menutupi aibnya ia mengugurkan kandungannya itu maka dia telah berzina dan juga telah membunuh jiwa yang tidak berdosa . Jika dia ialah seorang wanita yang telah bersuami dan melakukan kecurangan sehingga hamil dan membiarkan anak itu lahir maka dia telah memasukkan orang asing dalam keluarganya dan keluarga suaminya sehingga anak itu mendapat hak warisan mereka tanpa disedari siapa dia sebenarnya. Amat mengerikan, naudzubillah min dzalik.

16- Perzinaan akan melahirkan generasi individu-individu yang tidak ada asal keturunan (nasab). Di mata masyarakat mereka tidak memiliki status sosial yang jelas.

17- Pezina laki-laki bererti telah menodai kesucian dan kehormatan wanita.

18- Zina dapat menyemai permusuhan dan menyalakan api dendam antara keluarga wanita dengan lelaki yang telah berzina dengannya.

19- Perzinaan sangat mempengaruhi jiwa kaum keluarganya di mana mereka akan merasa jatuh martabat di mata masyarakat, sehingga kadang-kadang menyebabkan mereka tidak berani untuk mengangkat muka di hadapan orang lain.

20- Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya seperti aids, siphilis, dan gonorhea atau kencing bernanah.

21- Perzinaan menjadikan sebab hancurnya suatu masyarakat yakni mereka semua akan dimusnahkan oleh Allah akibat dosa zina yang tersebar dan yang dilakukan secara terang-terangan.

Hukuman Zina

Demikianlah besarnya bahaya dosa zina, sehingga Ibnul Qayyim, ketika mengulas tentang hukuman bagi penzina, berkata: “Allah telah mengkhususkan hadd (hukuman) bagi pelaku zina dengan tiga kekhususan iaitu:

Pertama, hukuman mati secara hina (rejam) bagi pezina kemudian diringankan (bagi yang belum nikah) dengan dua jenis hukuman, hukuman fizikal yakni dirotan seratus kali dan hukuman mental dengan diasingkan selama satu tahun.

Kedua, Allah secara khusus menyebutkan larangan merasa kasihan terhadap penzina. Umumnya sifat kasihan adalah diharuskankan bahkan Allah itu Maha Pengasih namun rasa kasihan ini tidak boleh sehingga menghalang dari menjalankan syariat Allah. Hal ini ditekankan kerana orang biasanya lebih kasihan kepada penzina daripada pencuri, perompak, pemabuk dan sebagainya. Di samping itu penzinaan boleh dilakukan oleh siapa sahaja termasuk orang kelas atasan yang mempunyai kedudukan tinggi yang menyebabkan orang yang menjalankan hukuman merasa enggan dan kasihan untuk menjalankan hukuman.

Ketiga, Allah memerintahkan agar pelaksanaan hukuman zina disaksikan oleh orang-orang mukmin dengan maksud menjadi pengajaran dan memberikan kesan positif bagi kebaikan umat.

Beberapa Perkara Penting Yang Perlu Diperhatikan

1- Orang yang berzina dengan banyak pasangan lebih besar dosanya daripada yang berzina hanya dengan satu orang, demikian juga orang yang melakukanya berkali-kali dosanya lebih besar daripada yang melakukannya hanya sekali.

2- Penzina yang berani melakukan maksiat ini dengan terang-terangan lebih buruk daripada mereka yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi.

3- Berzina dengan wanita yang bersuami lebih besar dosanya daripada dengan wanita yang tidak bersuami kerana adanya unsur perbuatan zalim (terhadap suami wanita), boleh menyalakan api permusuhan dan merosak keutuhan rumah tangganya.

4- Berzina dengan jiran lebih besar dosanya daripada orang yang jauh rumahnya.

5- Berzina dengan wanita yang sedang ditinggalkan suami kerana perang (jihad) lebih besar dosanya daripada dengan wanita lain.

6- Berzina dengan wanita yang ada pertalian darah atau mahram lebih jahat dan hina daripada dengan yang tidak ada hubungan mahram.

7- Ditinjau dari segi waktu maka berzina di bulan Ramadhan, baik siangnya ataupun malamnya, lebih besar dosanya daripada waktu-waktu lain.

8- Kemudian dari segi tempat dilakukannya, maka berzina di tempat-tempat suci dan mulia lebih besar dosanya deripada tempat yang lain.

9- Pezina muhson (yang sudah bersuami atau beristeri) lebih hina daripada gadis atau jejaka, orang tua lebih buruk daripada pemuda, orang alim lebih buruk daripada yang jahil dan orang yang berkemampuan (terutama dari segi ekonomi) lebih buruk deripada orang fakir atau lemah.

Bertaubat

Bertaubat ini bukan khusus hanya kepada penzina, bahkan kepada sesiapa sahaja yang menunjukkan jalan untuk terjadinya zina, membantu dan memberi peluang kepada pelakunya dan siapa saja yang ikut terlibat di dalamnya. Hendaknya mereka semua segera kembali dan bertaubat dengan sungguh-sungguh, menyesali apa yang pernah dilakukannya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak kembali melakukannya. Dan yang paling penting adalah memutuskan hubungun dengan siapa sahaja dan apa sahaja yang boleh menarik ke arah perbuatan keji tersebut. Dengan demikian diharapkan Allah akan menerima taubat itu dan mengampuni segala dosa yang pernah dilakukan, dan ingatlah, tidak ada istilah ‘putus asa’ dalam mencari rahmat Allah.

Allah berfirman, mafhumnya:

“Dan juga mereka yang tidak menyembah sesuatu yang lain bersama-sama Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, kecuali dengan jalan yang hak (yang dibenarkan oleh syarak), dan tidak pula berzina; dan sesiapa melakukan yang demikian, akan mendapat balasan dosanya;” (Al-Furqaan 25:68)

“Akan digandakan baginya azab seksa pada hari kiamat, dan ia pula akan kekal di dalam azab itu dengan menerima kehinaan,” (Al-Furqaan 25:69)

“Kecuali orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal yang baik, maka orang-orang itu, Allah akan menggantikan (pada tempat) kejahatan mereka dengan kebaikan; dan adalah Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (Al-Furqaan 25:70)

Read More

LIHAT DIRI SENDIRI DULU...


Wahai setiap diri yang sentiasa diperhati,
Dengan mata yang Allah beri sewajarnya, pandangan kita jatuh memandang diri sendiri terlebih dahulu...

Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hassan al-Basri ternampak seorang lelaki sedang duduk berdua-duaan bersama seorang wanita. Di sisi mereka terdapat botol arak. Lalu Hassan berbisik, "Alangkah jahatnya pemuda orang itu dan alangkah baiknya jika dia seperti aku!". Tiba-tiba Hassan melihat sebuah perahu yang hampir tenggelam. Lelaki yang duduk tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas.

Enam dari tujuh penumpang itu berjaya diselamatkan. Kemudian lelaki itu berpaling ke Hassan al-Basri dan berkata, "Jika engkau lebih mulia dari aku, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat aku tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedangkan aku telah menyelamatkan enam orang."

Bagaimanapun, Hassan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka, lelaki itu berkata padanya, "Tuan, sebenarnya wanita yang berada disamping saya ini adalah ibu saya, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa bukan arak. Ini hanya untuk menguji tuan."

Hassan al-Basri terpegun lalu berkata, "Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkan saya dari tenggelam kebanggaan dan kesombongan." Orang itu menjawab, "Mudah-mudahan Allah mengabulkan permihonan tuan." Semenjak itu, Hassan al-Basri selalu merendah diri bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih dari orang lain.

Kesimpulannya, pertama, jangan berburuk sangka dengan orang lain serta memandang rendah padanya. Apabila kita melihat orang lain membuat maksiat kepada Allah, Jangan menghinanya atau redha dengan perbuatannya, sedangkan kita patut malu pada diri sendiri yang dikurniakan oleh Allah ilmu ini masih juga melakukan perbuatan yang dilarang.

Kedua, perkara yang patut kita ingat tentang diri kita ialah perbuatan baik orang pada kita dan perbuatan jahat kita pada orang lain. Perkara yang patut kita lupakan ialah kebaikan kita pada orang dan kejahatan orang pada kita. Allah berfirman,

"Sesungguhnya orang-orang yang percaya kepada keterangan Kami, ialah orang yang apabila dibaca ayat-ayat itu kepada mereka, mereka sujud, tasbih memuji Tuhan dan tidak menyombong diri. Mereka meniggalkan tempat tidurnya menyeru Tuhannya dengan perasaan dan kecemasan dan pengharapan dan mereka membelanjakan (di jalan kebaikan) sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (as-Sajadah: 15-16).
Read More

Powered By Blogger | Template Created By Lord HTML